A.
Pengertian Shalat
Tarawih
Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan
pada setiap malam bulan Ramadhan. Istilah tarawih tidak disebutkan dengan
jelas. Istilah tarawih berasal dari kata “raha” artinya istirahat. Disebut
demikian karena shalat ini dilakukan berkali-kali, dan setelah salam
beristirahat sejenak. Ada juga yang berpendapat bahwa arti tarawih adalah
santai. Hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkad. Artinya, shalat tarawih
sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
B.
Waktu dan Bilangan Rakaat shalat Tarawih
Waktu
pelaksanaan shalat Tarawih adalah antara shalat Isya’ sampai dengan terbit
fajar pada malam bulan Ramadhan. Jumlah rakaat shalat Tarawih terdapat
perbedaan berdasarkan hadis-hadits Rasulullah Saw., tetapi kaum muslimin pada
umumnya mengerjakan shalat Tarawih sebanyak 8 atau 20 rakaat. Di Indonesia,
sebagian besar umat Islam mengerjakan shalat tarawih 20 rakaat, dan sebagian
yang lain mengerjakan shalat tarawih 8 rakaat.
C.
Cara Mengerjakan Shalat Tarawih
Shalat Tarawih pada umumnya dikerjakan dengan cara
dua rakaat salam sampai genap jumlah rakaatnya. Contoh: Amin mengerjakan shalat
tarawih 20 rakaat, setiap dua rakaat di akhiri salam, berarti Amin mengerjakan
shalat tarawih dengan 10 kali salam.
Selain mengerjakan dengan cara dua rakaat diakhiri
salam, ada juga yang mengerjakan shalat tarawih dengan cara empat rakaat
diakhiri salam sampai genap jumlah rakaatnya. Contoh: Rusli mengerjakan Shalat
Tarawih 8 rakaat, setiap empat rakaat di akhiri salam tanpa tahiyat awal, berarti
Rusli mengerjakan shalat Tarawih dengan 2 kali salam.
A.
Keutamaan Shalat Tarawih
Suatu
ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya tentang keutamaan salat tarawih dalam bulan
Ramadhan, maka beliau menjawab :
Pada malam ke-1 : Orang mukmin terlepas dari dosa-dosanya
seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.
Pada malam ke-2 : Allah mengampuni dosa dirinya dan kedua orang
tuanya bila mereka mukmin.
Pada malam ke-3 : Malaikat memanggil dari bawah ‘Arsy “Mulailah
beramal. Allah telah mengampunimu dari dosa-dosa terdahulu”.
Pada malam ke-4 : Dia mendapatkan pahala seperti pahala orang
membaca Taurat, Zabur, Injil dan AlQuran.
Pada malam ke-5 : Allah memberinya seperti yang diberikan kepada
orang yang salat di Masjidil Haram Mekkah, Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil
Aqsa.
Pada malam ke-6 : Allah memberinya pahala seperti pahalanya malaikat
yang tawaf di Baitul Makmur dan batu-batuan dan lumpur memohonkan ampun bagi
dirinya.
Pada malam ke-7 : Seakan-akan bertemu Nabi Musa dan membantu beliau
dalam menghadapi Fir’aun dan Haman. Pada malam ke-8 : Allah menganugerahi apa
yang dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim as.
Pada malam ke-9 : Bagaikan ibadah Nabi Muhammad saw.
Pada malam ke-10 : Allah memberinya kebaikan dunia dan akhirat.
Pada malam ke-11 : Meninggal dunia tanpa dosa seperti sucinya pada waktu
keluar dari perut ibu.
Pada malam ke-12 : Pada hari kiamat wajahnya bersinar seperti
bagaikan bulan purnama.
Pada malam ke-13 : Pada hari kiamat aman dari segala bahaya.
Pada malam ke-14 : Para malaikat datang menyaksikan bahwa dirinya
telah melaksanakan salat Tarawih, maka Allah tidak menghitung amalnya (bebas
hisab).
Pada malam ke-15 : Malaikat mendoakannya demikian pula malaikat penyangga
‘Arsy dan kursi.
Pada malam ke-16 : Allah menulisnya bebas dari ancaman api neraka dan
bebas masuk surga.
Pada malam ke-17 : Mendapat pahala seperti pahalanya para nabi As.
Pada malam ke-18 : Malaikat memanggilnya dan mengatakan bahwa Allah
meridainya dan kedua orang tuanya.
Pada malam ke-19 : Allah mengangkat derajatnya di surga Firdaus.
Pada malam ke-20 : Diberi pahala para Syuhada dan Salihin.
Pada malam ke-21 :
Allah menganugerahkan padanya rumah di surga yang terbuat
dari nur.
Pada malam ke-22 : Pada hari kiamat aman dari segala yang menakutkan
dan menyusahkan.
Pada malam ke-23 : Allah membuatkan kota baginya di surga.
Pada malam ke-24 : Dia berhak atas dua puluh empat permintaan yang
akan diijabahi.
Pada malam ke-25 : Allah menghindarkan dari siksa kubur.
Pada malam ke-26 : Allah memberinya pahala selama empat puluh tahun.
Pada malam ke-27 : Akan melewati sirathal mustaqim seperti secepat kilat
menyambar. Demikian penjelasan kitab Durratun Nasihin. Dalam riwayat itu setiap
tarawih pada malam-malam Ramadhan mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri,
seakanakan bila tertinggal salah satu malam tidak dapat digantikan malam yang
lain.
-s e l e s a i-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar